Kamis, 13 Oktober 2011

Kumpulan Resume Makalah Tajdid

KUMPULAN RESUME MAKALAH
TAJDID & KEMUHAMMADIYAH KONTEMPORER



Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Tugas Individu Semester Pendek
Mata Kuliah Tajdid & Kemuhammadiyahan Kontemporer
Dosen : Novan Hardiyanto, S.Pd.I







Disusun Oleh :
Nur Sischa Barokah
090641099


UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH CIREBON
Jl. Tuparev No. 70 Cirebon



Tahap Perkembangan Muhammadiyah

Oleh Nur Sischa Barokah

Muhammadiyah didirikan di Kampung Kauman Yogyakarta pada 8 Dzulhijajah 1330 H atau 18 November 1912 oleh Muhammad Darwis, atau yang kemudian dikenal sebagai K.H. Ahmad Dahlan. Beliau adalah pegawai kesultanan Kraton Yogyakarta sebagai Khatib dan sebagai pedagang. Oleh karena itu, beliau memberikan pengertian keagamaan dirumahnya di tengah kesibukkannya sebagai khatib dan pedagang. Dalam waktu singkat ajakannya menyebar keluar kampung Kauman bahkan sampai keluar daerah dan keluar daripada pulau Jawa. Dan kini Muhammadiyah telah ada di seluruh penjuru negeri.
         
Muhammadiyah mencita-citakan terwujudnya masyarakat Islam yang sebenar-benarnya. Dalam Anggaran Dasar dapat dibaca, “Menggembirakan dan memajukan pelajaran dan pengajaran Islam serta memajukan dan menggembirakan hidup sepanjang kemauan agama Islam”.

Adapun faktor-faktor yang mendorong lahirnya Muhammadiyah, antara lain:
1.       Keterbelakangan dan kebodohan umat Islam Indonesia dalam hampir semua bidang kehidupan
2.       Kemiskinan yang parah yang diderita umat Islam dalam suatu negeri kaya seperti Indonesia
3.       Kondisi pendidikan yang sudah sangat kuno seperti yang terlihat pada pesantren masa itu.
           
Muhammadiyah tidak bersikap anti secara mutlak terhadap budaya dan tradisi, tetapi tidak dapat menerima budaya dan tradisi yang merusak kejernihan agama terutama menyangkut hubungan manusia dengan Tuhan. Metode dakwah KH. Ahmad Dahlan sangat sederhana, tetapi mengena. Beliau memberi pengajian Shubuh di masjid berulang-ulang mengupas surat Al Ma’un saja. Lalu beliau menjelaskan maksud mendirikan Muhammadiyah yaitu hendak menyusun tenaga kaum muslimin untuk melaksanakan perintah agama.
Muhammadiyah tidak mentolerir taklid yang menjadi pangkal kebekuan umat dalam menjalankan agama, justru menganjurkan ittiba’ dan ijtihad sebagai tulang punggung gerakan dakwahnya. Untuk diperlukan ulama-ulama yang tangguh serta pejuang-pejuang dakwah dan sosial yang istiqamah, yang sanggup mewujudkan masyarakat yang diinginkan, yaitu masyarakat Islam yang sebenar-benarnya. 

KH. Ahmad Dahlan wafat tahun 1923 dan dianugerahi penghargaan “Pahlawan Nasional”. Beliau berpesan kepada warga Muhammadiyah, “Janganlah mencari penghidupan dalam persyarikatan Muhammadiyah, tetapi hidup-hidupkanlah Muhammadiyah”.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar