Kamis, 13 Oktober 2011

Tugas IPS Penelitian Konflik Sosial Desa Kalimati-Indramayu

PROFIL WILAYAH

Desa Kalimati merupakan salah satu kelurahan/desa di Kecamatan Jatibarang, Indramayu. Desa Kalimati tercatat memiliki luas area sebesar 236.845 ha, yang terdiri 24.303ha lahan pemukiman, dari 164.656 ha luas persawahan, 0.498ha perkantoran, 1.168ha kuburan, 18.297ha luas prasarana umum lainnya, serta dilewati oleh Sungai Cimanuk.

Desa Kalimati secara administratif bersinggungan langsung dengan dua desa / kelurahan di Kecamatan Jatibarang. Batas-batasnya yaitu :
a.              Utara                  : Desa Lobener
b.             Barat                  : Desa Lohbener
c.              Timur                 : Desa Longok
d.             Selatan               : Desa Krasak

Jarak Desa Kalimati ke ibu kota kecamatan yaitu sejauh 10 Km dan dapat ditempuh dalam 15 menit dengan menggunakan kendaraan bermotor; jarak ke ibu kota kabupaten yaitu sejauh 20 Km dan dapat ditempuh dalam setengah jam perjalanan dengan menggunakan kendaraan bermotor ; serta jarak ke ibu kota provinsi yaitu ditempuh sekitar 3 jam perjalanan menggunakan kendaraan bermotor.

Desa Kalimati terbagi atas dua RW dengan jumlah penduduk sebanyak 3.240 orang yang terdiri dari 1.656 orang laki-laki dan 1.584 orang perempuan, yang terbagi dalam 1.015 orang kepala keluarga.
          
Akses menuju Desa Kalimati terbilang cukup mudah, karena Desa Kalimati merupakan jalur jalan kabupaten dengan kondisi lumayan baik. Kendaraan umum darat pun melalui Desa Kalimati seperti bus umum, angkutan umum, becak dan ojek yang seluruhnya dengan jumlah yang memadai. Cukup banyaknya jalan desa yang terbilang rusak dikarenakan kualitas jalan aspal dan beton yang kurang baik. Namun, kendalanya adalah, angkutan umum seperti angkot tidak akan bisa dijumpai setelah pukul 16.00WIB, karena memang jam kerjanya hanya sampai jam 16.00 WIB.

Jumlah pemuda Desa Kalimati tidak cukup banyak dan kurang mendukung adanya karang taruna yang efektif dan efisien . Ketidak aktifan karang taruna di Desa Kalimati sangat disayangkan oleh seluruh warganya, padahal tidak sedikit pemuda berkumpul di suatu tempat dan hanya sekedar berkumpul tanpa tujuan yang jelas. Di Desa Kalimati ini pula, kegiatan-kegiatan lainnya tidak cukup aktif malah bisa dikatakan tidak ada, seperti pengurus PKK dan Posyandu sekalipun.

Selain profil wilayah Desa Kalimati yang berhasil kami himpun, ada beberapa fakta dilapangan yang berhasil kami dapatkan ketika bersilaturahmi dengan Camat Jatibarang, berikut hasil resensi hasil pertemuan dengan Camat Jatibarang.


A.      Dinamika


Kecamatan Jatibarang memiliki dinamika kehidupan masyarakat yang sangat dinamis, seperti misalnya pada medio tahun 1994 pernah terjadi kerusuhan besar melibatkan dua Desa yaitu Desa Lobener dan Desa Krasak. Kerusuhan yang terjadi dengan dahsyatnya sampai-sampai aparat keamanan kewalahan untuk meredam amarah warga yang telah tersulut provokasi dan berbuah menjadi peperangan, dikatakan peperangan pun karena jarak adu fisik layaknya sebuah peperangan sungguhan, tidak seperti tawuran-tawuran yang sering terjadi dengan melempar-lempar batu dari jarak jauh. Banyak sekali harta benda yang terbuang percuma, rumah-rumah warga banyak yang dibakar, bahkan korban jiwa pun tidak sedikit.   

Selain kerusuhan pada tahun 1994, kerusuhan yang dahsyat juga pernah terjadi di Desa Tugu pada sekitar tahun 2002. Kerusuhan-kerusuhan yang banyak terjadi di Kecamatan Jatibarang kebanyakan disebabkan oleh hal-hal yang sederhana saja dan dapat diselesaikan tidak dengan kekerasan sampai bahkan ada pertumpahan darah. Banyak pula yang melatarbelakangi terjadinya kekacauan sosial di masyarakat Kecamatan Jatibarang seperti latar belakang pendidikan masyarakat Kecamatan Jatibarang, kesadaran masyarakat terhadap kerukunan dan kesatuan, tidak adanya orientasi terhadap dinamisasi sosial masyarakat, sampai pada kurangnya pemimpin yang dapat mengikat semua kalangan masyarakat di Kecamatan Jatibarang.

Namun dengan konflik-konflik serius yang sering terjadi memiliki hal positif dibaliknya, seperti kohesivitas kelompok-kelompok masyarakat Kecamatan Jatibarang, namun hal yang belum didapati adalah bagaimana chauvinisme yang ada di masyarakat Kecamatan Jatibarang dapat disatukan menjadi kekuatan bersama untuk membangun Jatibarang.

Selain adanya berbagai macam konflik yang merugikan, Kecamatan Jatibarang memiliki prestasi yang lumayan memuaskan dalam peringkat Indeks Prestasi Manusia, Kecamatan Jatibarang terletak pada urutan kedua setelah Kecamatan Indramayu. IPM Kecamatan diukur pada pencapaian kualitas pendidikan, kesehatan, dan daya beli masyarakat. Dengan begitu dapat dilihat bahwa secara garis besar Kecamatan Jatibarang memiliki kecakapan dalam kesatuan dalam hal-hal yang memang dianggap kepentingan bersama yang ditunjukan dalam pencapaian peringkat IPM.


B.      Potensi

Kecamatan Jatibarang merupakan salah satu daerah yang masih memiliki masalah klasik yaitu didasarinya potensi yang dimiliki, namun kualitas SDM yang masih rendah menjadikan segala rupa sumberdaya yang masih potensial yang khususnya dimiliki oleh Kecamatan Jatibarang tidak dapat diolah dan dimaksimalkan dengan spesifikasi kualifikasi kompetensi yang lumayan tinggi. Dengan potensi sumberdaya alam yang berupa pertanian, perkebunan, peternakan, maupun galian tambang kelas C.

Ada beberapa pragmatisme dasar yang memengaruhi segenap kehidupan masyarakat Kecamatan Jatibarang, yauitu anggapan yang mengatakan bahwa :
1.             Hidup tak usah mengejar pendidikan tinggi, toh banyak lulusan sarjana yang menggangur di kota karena tetap tidak mendapatkan pekerjaan, jadi apagunanya mengenyam pendidikan tinggi.
2.       Inovasi masyarakat dalam hal pertanian yang rendah, mereka merasa bahwa yang apa yang mereka dapat dari kebun maupun sawah mereka sudah sanggup untuk menghidupi kebutuhan mereka sehari-hari dan tidak perlu melakukan effort lebih – karena satu danlain hal – untuk meningkatkan kualitas hidup.
3.     Untuk melakukan inovasi-inovasi dalam bidang pertanian, peternakan, maupun perkebunan memiliki resiko tinggi, dan kurangnya kemampuan dan kemampuan untuk melakukan effort inovasi tersebut, cukuplah hasil pertanian maupun perkebunan yang ada dengan nilai tambah yang seadanya.
4.           Banyak paradigma masyarakat terutama pemuda bahwa destinasi utama untuk meningkatkan taraf hidup adalah dengan bekerja di kota besar seperti Jakarta, padahal paradigma tersebut sama sekali salah. Pembangunan desa yang berlanjut pada pembangunan kecamatan, dan setelah itu pembangunan setingkat kabupaten Indramayu justru dimulai dan dilakukan dengan keberadaan pemuda dan pemuda sebagai agen p-embangunan daerahnya.


C.      Kesehatan Lingkungan Hidup          

Kesadaran masyarakat tentang hidup bersih masih kurang sehingga rentan terkena penyakit seperti Demam Berdarah, Cikungunya, Malaria, Diare, dan sebagainya. Fenomena ini sangat terlihat dari hasil pengamatan keliling desa yang kami lakukan terhadap taraf kesadaran untuk kehidupan yang sehat masyarakat Desa Kalimati yang masih rendah, halini terlihat dari, pertama kebiasaan membuang sampah tidak pada tempatnya sehingga wajar bila kami menemui genangan – genangan air yang tertumpuk samah yang sangat tidak sehat dan merupakan tempat yang ideal untuk berkembangnya berbagai macam nyamuk dan penyakit yang sering menjadi pandemi di Desa Kalimati. Perlu penanganan secara akar rumput dalam melaksanakan permasalahn terkait dengan gaya hidup yang tidak sehat di Desa Kalimati ini, juga memerlukan waktu yang lama.


D.      Kesadaran Organisasi dan Pendidikan
a.              Tingkat pendidikan masyarakat yang umumnya pada level SMK.
b.             Kegiatan Taman Pendidikan AL- Quran (TPA) aktif, namun motivasi untuk belajar mengaji kurang. Hal ini disebabkan oleh kurangnya SDM secara kuantitas dan kualitas untuk menjadi pengajar di TPA yang ada di Desa Kalimati
c.              Kurangnya kegiatan kerohanian / religius bagi masyarakat desa.
d.             Kesadarana berorganisasi masyarakat yang rendah
e.              Kurangnya kuantitas generasi muda di desa.


E.      Kreativitas Masyarakat dan Alur Kepemimpinan
a.              Alur koordinasi struktur pemerintahan desa yang lemah
b.             Kepemimpinan kuwu desa yang lemah
c.    Kesadaraan berorganisasi masyarakat yang rendah. Terkait dengan paradigma berorganisasi yang tertanam pada jiwa masyarakat Desa Kalimati yang masih pragmatis mengenai kerja kelompok
d.        Inovasi produk pertanian yang kurang. Didasari oleh rendahnya mutu penyuluhan kepada para petani  Desa Kalimati dan latar belakang kompetensi petani itu sendiri yang memang jarang memiliki status lembaga pendidikan formal
e.              Paradigma masyarakat yang keliru mengenai pembangunan desa 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar